Jumat, 22 November 2013

ALCOFE 7th “Implementasi Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembangunan Indonesia”


Solo, Bapema News - Sabtu 9 November 2013 bertempat di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sebelas Maret (UNS), Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan (HMJEP) FEB UNS menggelar Seminar Nasional ALCOFE 7 dengan tema “Implementasi Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembangunan Indonesia”. Seminar yang mayoritas dihadiri oleh mahasiswa dan sebagian dari kalangan umum ini dibuka langsung oleh Lukman Hakim, S.E., M.Si, selaku Pembantu Dekan III. Hadir sebagai pemateri antara lain staff ahli Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hari Untoro Drajat, dosen FEB UNS BRM. Bambang Irawan, dan juga budayawan Slamet Rahardjo.
Setelah pembukaan selesai acara dimulai dengan hiburan teatrikal Doel Sumbing dan pemutaran film dokumenter seputar industri kreatif yang terinspirasi dari kearifan lokal. Kedatangan para pemateri ke atas panggung pun dikemas unik, moderator Arif Rachmawan Sukarno mengundang ketiga pemateri untuk naik ke atas panggung dengan diiringi tarian Bali. Keunikan tersebut membuat para peserta kaget dan semakin antusias untuk mengikuti seminar. Inti acara pun dimulai, Hari Untoro Drajat selaku staff ahli Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyampaikan materi seputar pentingnya keberlangsungan budaya lokal sebagai proses belajar untuk mempertahankan wujud kebudayaan genetik resources. Hari juga mejelaskan tentang pentingnya Industri kreatif untuk terus dikembangkan di Indonesia.
Bahasan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal, oleh BRM. Bambang Irawan lebih difokuskan ke dalam wujud nyata industri kreatif pariwisata dan budaya lokal. Contoh nyatanya adalah event Solo Batik Carnival (SBC). Bambang menuturkan bahwa SBC merupakan interseksi dari industri kreatif yang berbentuk tourist attraction (event) dan budaya kearifan lokal, yang kemudian menimbulkan manfaat ekonomi, sosial dan budaya. Sedikit berbeda dengan pemateri lainnya, Slamet Rahardjo menyampaikan hal-hal yang mengarah pada filosofi kebudayaan atau kearifan lokal. Satu hal menarik yang diungkapkan oleh Slamet Rahardjo adalah diperlukan niat, kiat dan giat dalam berbudaya yang berarti bahwa tidak hanya menjalankan kebudayaan saja melainkan juga mendirikan (konsisten dalam menjalankan niat). Di akhir acara seluruh peserta disuguhi sebuah hiburan dari Sanggar Kemasan, dimana pertunjukan seni ketoprak humor dari Sanggar Kemasan pun berhasil mengocok perut seluruh peserta seminar. Di sela-sela penutupan di umumkan juga para pemenang lomba LKTI yang merupakan rangkaian kegitan dari ALCOFE 7th.
Seminar nasional tersebut merupakan salah satu dari rangkaian acara Annual Conference of Economic Forum ke-7 (ALCOFE 7th) yang merupakan acara tahunan yang diadakan oleh HMJ EP FEB UNS. Rangkaian acara tersebut terdiri dari lomba karya tulis ilmiah tingkat SMA dan mahasiswa dan puncaknya adalah Seminar Nasional ALCOFE 7th dengan tema “Implementasi Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal Dalam Pembangunan Indonesia.”
Reporter: Irham Fredyan Rashif
Penulis: Diwan Adji R.

1 komentar:

  1. AKUNTANSI EKONOMI KREATIF (Seri Pertama)

    Seri Kedua; Dibahas Di Blok Magister Akunatnsi FE UNS - Pebruari 28 Oktober 2020; Oleh: Indars W, drs. MM


    Salam untuk : Mas Nurmadi H, Joko Wi, Dik Pitit Gandul.

    Ciri ekonomi kreatif ialah berbeda dari produknya maupun dari pemasarannya. Karena apa? Kreatifitas produksi itu harus disejajarkan dengan kreatifitas pemasaran, ini sesuai dengan ungkapan keberlanjutan (sustainabiliy) development goals yang diungkapkan para tokoh pembangunan di tingkat nasional maupun internasional serta juga oleh para tokoh pelestari lokal. Dunia ini akan tersambung secara otomatis karena faktor kebutuhan maupun faktor keinginan. Otomatis melalui media apa? Media sosial, media global yang bisa menyedot perhatian untuk berbagai kebutuhan. Ekonomi kreatif merupakan kreativitas yang menghasilkan keuntungan, baik langsung maupun tidak langsung. Keuantungan tidak langsung itu apa?
    Teman anda bisa menjadi bahan inspirasi, contoh: nama anda untuk label produk, contoh : ayam goreng kalasan, ayam geprek mbok SA Bar, SAA (saya antar anda), Shinta Sakti TRansport, Dsb. Itu juga bagian pemasaran kreatif dengan membuat nama yang diingat terus. Hingaa akan memberikan pada konsumen yang riil yang potensial untuk diarahkan ke produk tersebut. itu baru soal nama, belum soal rasa (taste). Nah para ahli gizi akan mengetahui bagaimana mengelola rasa, baik dengan desain tempat maupun desain ramuan bumbu masakan. Demikian awal bagian cerita, kemudian akan kita bahas akuntansinya di bagian dua. Tunggu Akan Tayangannya.

    BalasHapus