Jumat, 12 Februari 2016

Praktik Sistem Ekonomi Kerakyatan di kota Surakarta

Kota Surakarta merupakan suatu kota di Jawa Tengah yang mulai berkembang dengan pesat. Kota ini melakukan perbaikkan dalam berbagai sektornya terutama dalam bidang infrastruktur untuk meningkatkan perekonomian rakyatnya. Solo juga sedang berusaha untuk memajukan pariwisatanya. Namun, bila diteliti sector pariwisata kota ini tak terlalu memberikan pemasukkan yang signifikan bagi kota ini.
Sebenarnya dengan bertambahnya waktu, banyak investor terutama dalam bidang perhotelan yang menganggap bahwa kota Solo merupakan kota yang menjanjikan untuk usaha mereka. Karena itu, mulai banyak hotel bintang lima yang memasukki kota ini. Melakukan pembangunan besar-besaran padahal masih banyak hotel kecil yang dikelola oleh keluarga kecil atau orang Solo secara individu. Tapi karena wisatawan lebih memilih untuk menginap di hotel bintang lima dan jarang ada yang memilih hotel-hotel kecil tersebut (hotel-hotel yang terdapat di daerah Keprabon) maka, hotel mulai berusaha membuka usaha lain seperti membuka toko kelontong yang dilakukan oleh hotel nirwana untuk tetap bertahan.
Untuk lebih memahami tentang praktik system ekonomi kerakyatan, kita akan menggunakan table:
No
Ciri Sistem Ekonomi Kerakyatan
Aplikasi /Praktik Ekonomi Kerakyatan
1
Peranan vital negara (pemerintah)
Berdasarkan berita di Solopos.com, jumlah hotel di kota Solo telah meningkat sekitar 130% yang dikuasai oleh swasta. Dengan kata lain sebenarnya cukup bagus untuk peningkatan infrastruktur namun pemerintah sepertinya terlalu bebas untuk memberikan izin pembangunan yang artinya akan mengurangi peranan pemerintah secara signifikan.
2
Efisiensi ekonomi berdasar atas keadilan, partisipasi, dan keberlanjutan
Harga menginap di hotel tergantung pada bintang hotel dan service yang mereka tawarkan.
3
Mekanisme alokasi melalui perencanaan pemerintah, mekanisme pasar, dan kerjasama (kooperasi)
Service, nama, dan pasar menjadi tumpuan sementara koperasi masih belum berkembang atau maju ditempat
4
Pemerataan penguasaan faktor produksi
Sebenarnya sudah ada pemerataan hotel pada titik-titik tertentu di kota Solo. Bagi yang ingin backpacker dan mencari hotel yang lumayan murah bisa menemukannya didaerah keprabon. Sementara yang mementingkan service quality bisa masuk ke hotel besar yang rata-rata ada di slamet riyadi. Namun, semakin lama hotel-hotel di daerah keprabon terkesan semakin sepi begitu juga dengan pasar barang antic yang ada disana. Para wisatawan sepertinya menjadi kurang tertarik untuk mengunjungi daerah tersebut sehingga perekonomian disana kini menjadi susah.
5
Koperasi sebagai sokoguru perekonomian
Koperasi di kota Solo mungkin yang masih berjalan dengan sangat baik hanyalah koperasi yang berhubungan dengan simpan pinjam dan biasanya terkait dengan PNS. Sebenarnya perputaran uang di koperasi cukup tinggi tapi masyarakat kota Solo terutama anak-anak muda kota Solo terkesan tak terlalu percaya dengan kata-kata koperasi sebagai sokoguru perekonomian.
6
Pola hubungan produksi kemitraan, bukan buruh-majikan
Usaha-usaha yang ada di kota Solo cenderung masih menggunakan pola hubungan buruh-majikan terutama untuk usaha pabrik yang memang masih banyak di kota ini.
7
Kepemilikan saham oleh pekerja
Hingga saat ini saya belum menemukan ada sector swasta di kota Solo yang membagi saham mereka dengan pekerja. Sementara itu, untuk sector pemerintah biasanya pemerintah memiliki sebagian besar bahkan mungkin hingga 100% sahamnya.
            Terlepas dari itu semua, tujuan utama penyelenggaraan sistem ekonomi kerakyatan pada dasarnya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan jalannya roda perekonomian. Bila tujuan utama ekonomi kerakyatan itu dijabarkan lebih lanjut, maka sasaran pokok ekonomi kerakyatan dalam garis besarnya meliputi lima hal berikut:
1.      Tersedianya peluang kerja dan penghidupan yang layak bagi seluruh anggota masyarakat.
Sebenarnya dengan kebebasan yang diberikan oleh pemerintah pada swasta untuk pembangunan hotel yang gila-gilaan itu memang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat kota Solo. Tapi banyak perusahaan yang biasanya memakai embel-embel berpengalaman sehingga angka pengangguran pun masih lumayan. Selain itu, kondisi buruh di kota ini terutama yang bekerja di pabrik kecil juga rata-rata masih diberikan gaji dibawah standar yang seharusnya.
2.      Terselenggaranya sistem jaminan sosial bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, terutama fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Untuk hal ini bisa dibilang pemkot Solo sudah cukup lumayan dalam mengurusinya. Walaupun terkadang masih ada yang mengeluhkan masalah ini tapi bisa dilihat bahwa fakir miskin di kota Solo sudah cukup mendapatkan pelayanan yang baik terutama saat sakit.
3.      Terdistribusikannya kepemilikan modal material secara relatif merata di antara anggota masyarakat.
Kalau yang ini saya rasa masih perlu perbaikan karena jika diperhatikan di kantor pos yang ada didekat bengawan sport pada saat dibagikan bantuan langsung tunai yang diberikan oleh pemerintah, yang datang rata-rata menggunakan kendaraan atau perhiasan. Padahal harusnya yang mendapat bantuan adalah orang yang tak mampu.
4.      Terselenggaranya pendidikan nasional secara cuma-cuma bagi setiap anggota masyarakat.
Pendidikan mungkin tak didapat secara cuma-cuma karena masih ada biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua siswa dan bertambahnya tahun, semakin mahal biaya pendidikan terutama di perguruan tinggi.
5.      Terjaminnya kemerdekaan setiap anggota masyarakat untuk mendirikan dan menjadi anggota serikat-serikat ekonomi.
Hal ini menurut saya sudah terbukt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar