Rabu, 26 September 2012

OPINI BAPEMA


SOLO : Kota Kecil yang Mulai Macet

http://forum.detik.com/tret-adem-solo-kota-kecil-jadi-magnet-publik-t503691.html?langid=2
Surakarta atau Solo , kota kecil yang dari tahun ke tahun , bahkan dari hari ke hari semakin menunjukkan kemajuannya di segala bidang , baik dari segi ekonomi , pendidikan maupun budayanya. Kemajuan kota Solo inipun tidak terlepas dari masalah – masalah yang ada di dalamnya , salah satunya adalah masalah transportasi yang baru – baru ini banyak tidak disadari oleh masyarakat Solo sendiri.
Semakin hari pengguna kendaraan bermotor di kota ini semakin bertambah , baik motor ataupun mobil. Hal ini membuat lalu lintas di Solo setiap harinya mulai macet. Tidak hanya di jalan – jalan raya saja kemacetan ini terjadi , melainkan pula di jalan – jalan kampung atau gang – gang kecil. 
Salah satu penyebab terjadinya hal ini adalah karena banyaknya pengendara bermotor yang berasal dari luar daerah Solo memasuki wilayah Kotamadya ini. Kebanyakan mereka bekerja ataupun mempunyai usaha di Solo. Penyebab lainnya adalah semakin banyaknya masyarakat yang memiliki alat transportasi pribadi yang ditunjang pula dengan kemampuan membeli yang cukup tinggi dan ketersediaan fasilitas kredit kendaraan dengan presentase cicilan awal yang cukup rendah dan juga penempatan lahan parkir liar yang masih saja terjadi sehingga memakan sebagian badan jalan dan meyebabkan jalanan semakin sempit.
Dalam lima tahun ke depan, Solo bakal menjadi kota macet parah lantaran jumlah kendaraan saat ini telah menembus sekitar 297.000 unit. “Itu belum termasuk kendaraan dari luar Solo yang masuk. Bisa dibayangkan, bagaimana masa depan Kota Solo ini,” ujar Kabid Lalu Lintas Dinas Perhubungan ( Dishub ) Kota Solo, Sri Baskoro kepada Espos di ruang kerjanya, Selasa (20/9/2011) [ dikutip dari : http://www.solopos.com/2011/solo/jumlah-kendaraan-di-solo-kian-membengkak-116532]. 
Pemerintah Kota Surakarta-pun sudah mencoba berbagai cara untuk mengatasi masalah ini. Seperti pengadaan Car Free Day yang dilakukan setiap hari Minggu , pengadaan alat transportasi Batik Solo Trans ( BST ) yang dilengkapi dengan halte yang tersebar di beberapa titik di Kota Solo , namun hal tersebut belum banyak memberi hasil yang lebih baik. Baskoro mengusulkan agar Solo mulai menyiapkan kampanye hari transportasi massal atau Mass Rapid Trans ( MRT ). Sama seperti konsep Car Free Day, hari transportasi massal ialah dengan jalan mengalihkan transportasi pribadi ke transportasi massal. “Sebab, kendaraan pribadi bukan mengalihkan orang, melainkan justru memacetkan,” paparnya dalam koran Solopos edisi Rabu, 21/9/2011.
Bahkan Pemerintah Kota Surakarta juga berencana untuk mengadakan pembangunan jalan underpass atau jalan bawah tanah guna menambah ruang gerak bagi para pengendara kendaraan bermotor. Namun, dalam hal ini apabila nantinya proyek tersebut berjalan , pihak Pemerintah Kota Surakarta sebelumnya juga harus mempertimbangkan dampak dari pembangunan jalan bawah tanah ini , seperti ditutupnya sebagian jalan yang melewati lokasi pembangunan proyek tersebut sehingga menyebabkan kemacetan yang bersifat sementara sampai proyek tersebut selesai. Pencegahannya bisa dilakukan misalnya dengan terlebih dahulu membuat jalan alternatif yang menggantikan jalan yang sementara ditutup tersebut.
Pembatasan penggunaan kendaraan juga merupakan salah satu alternatif yang bisa dugunakan untuk mengurangi banyaknya penggunaan kendaraan di Kota Solo ini. Namun hal ini juga harus diimbangi dengan suatu hal yang bisa menggantikan penggunaan kendaraan tersebut , salah satunya dengan penambahan sarana transportasi umum seperti bis kota , angkutan kota ( angkot ). Namun , selain penambahan sarananya , juga harus dilakukan pembenahan sarananya dari segi sistemnya. Contoh nyata yang terjadi di masyarakat , kebanyakan dari mereka merasa enggan menggunakan transportasi umum dikarenakan sistem dari transportasi umum itu sendiri yang kurang baik , seperti mangkal mencari penumpang yang terlalu lama , ketepatan waktu sampai tujuan yang seringkali justru terlambat , sempitnya jalan yang dilalui , dan lain – lain. Kurang diminatinya penggunaan transportasi umum bukan hanya disebabkan dari alat transportasinya saja , tetapi juga kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukannya.
Wacana Pemerintah Kota Surakarta yang akan membuat kebijakan pembatasan penggunaan kendaraan bermotor ( kecuali transportasi umum ) dengan cara membaginya melalui plat motor ganjil digunakan hanya pada tanggal ganjil dan sebaliknya pada plat motor genap yang sempat menuai kontroversi sebenarnya bisa diterapkan untuk mengurangi penggunaan kendaraan. Namun , kekurangan dari strategi ini antara lain kesulitan dalam memeriksa apakah pengendara menggunakan plat yang sesuai dengan ketentuan serta kurangnya kesadaran masyarakat akan tertib lalu lintas.
Banyak cara sebenarnya untuk mencegah atau mengurangi kemacetan , namun harus dimulai dari niat dan kesadaran masyarakat sendiri dalam melakukan cara tersebut. Semua cara yang sudah dibuat oleh Pemerintah Kota Surakarta tidak terlepas dari peran serta masyarakat Surakarta sendiri sebagai pelaku dan pengguna jalan , harus ada keseimbangan antara usaha pemerintah dan juga kemauan serta kesadaran dari masyarakat.(radit)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar