Jumat, 26 Desember 2014

Antusiasme Mahasiswa di Bidang Politik

Apa yang saya maksud dari ekonomi ini mengkhawatirkan bahwa ekonomi yang berisi elemen politik dan dibuat tidak murni. Pandangan ini menunjukkan bahwa ketika ekonomi tidak netral, atau berisi politik bias, integritas intelektual, dan oleh karena itu peran sebagai netral atau penasihat ilmiah untuk politik, dikompromikan. Pandangan dari politik mengemukakan kebalikan - bahwa politik telah diubah oleh dampak ekonomi pengetahuan yang telah melampaui batas-batas itu harus dipelihara sebagai penasihat yang netral (Ryan Walter, 2011).

Kali ini Tim Litbang Bapema FEB UNS melakukan Penelitian kepada 100 responden yang berisi mahasiswa FEB UNS yang disebar secara random untuk mengetahui bagaimanakah ketertarikan mahasiswa FEB terhadap dunia politik, berikut hasilnya:

1. Mahasiswa yang mengikuti Pemilu Legislatif


Menghadapi MEA dan Memperbaiki Kualitas Bangsa, Kemana Wirausahawan Muda Kita?

Tidak disangka tahun depan kita akan menghadapi terjangan dari Pasar Ekonomi Bebas Asean. Siap tidak siap, mau tidak mau kita harus dapat bersaing dengan kekuatan yang ada dari negara Asean lainnya. Tentu saja Indonesia harus segera mampu membangun kreatifitas dan inovasi dari generasi mudanya agar dapat bertahan. Selain itu untuk dapat bersaing Indonesia juga perlu memperbaiki kualitas bangsanya terutama generasi mudanya. Salah satu tolak ukur terciptanya kreatifitas dan inovasi adalah banyaknya wirausahawan muda yang ada di suatu negara. Hal ini tentu saja bukan sekedar kuantitas melainkan juga kualitas.


Oleh karena itu Institusi Pendidikan memiliki tanggung jawab juga untuk dapat mendidik generasi muda agar menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang ada. Oleh karena itu, kali ini Tim Litbang Bapema meneliti seberapa besar tingkat kewirausahaan yang ada pada para mahasiswa FEB UNS dan juga bagaimana Fungsionalitas yang ada terhadap makul Kewirausahaan yang tentu saja memiliki tujuan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan yang ada. Penelitian ini dilakukan secara random sampling kepada 100 responden. Berikut hasil penelitian yang telah dilakukan Tim Litbang Bapema FEB UNS:

1. Tingkat Ketertarikan mahasiswa pada dunia bisnis 

AYO TAMBAH WAWASANMU SEKARANG!

Jumlah media yang beredar di Indonesia saat ini sangatlah banyak. Koran, majalah, radio, televisi, dan sekarang sudah banyak juga media online, merupakan media yang paling banyak dan paling murah untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Walaupun tidak sulit untuk mendapatkannya, namun masih banyak mahasiswa yang kurang peduli terhadap pentingnya membaca berita. Berjuta informasi tersaji di sana, mulai dari berita olahraga, politik, ekonomi, pendidikan, sampai entertainment.

Di sini kami telah menyebarkan poling kepada mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk seluruh jurusan maupun angkatan. Poling yang kami sebarkan berisi mengenai tingkat kepedulian mahasiswa terhadap isu-isu terkini baik yang selalu meluangkan waktu untuk membaca maupun yang jarang membaca berita terkini. Tingkat kepekaan kami ukur dari rutinitas membaca berita dan juga seberapa sering mahasiswa mendiskusikan dengan teman mengenai artikel yang telah dibaca. Kami juga ingin mengetahui mengenai bagaimana mahasiswa menyikapi apabila mereka membaca sebuah media yang dikenal cukup luas berpihak pada objek tertentu, dan juga jenis media apa yang sering dibaca oleh mahasiswa, serta jenis berita apa yang lebih mereka minati untuk dibaca. Hasil dari poling tersebut:

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa FEB UNS secara random sampling dengan penyebaran quisionner sebanyak 101 mahasiswa
1. Tingkat keseringan mahasiswa dalam membaca berita.

Minggu, 21 Desember 2014

Kemana Saja Uangmu? Catat Pengeluaranmu

Menurut beberapa pendapat, tingkat konsumtif masyarakat Indonesia cukup tinggi dibanding negara-negara lain. Apalagi tingkat konsumtif di kalangan para mahasiswa. Mengapa demikian? Hal tersebut dikarenakan menjadi mahasiswa adalah masa dimana seseorang mulai mengatur hidupnya sendiri mulai dari waktu hingga urusan keuangan dan hal tersebut sudah tidak sama dengan yang masih berusia sekolah.

Di sini kami telah melakukan poling di kalangan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Angket kami sebarkan ke setiap jurusan dan angkatan di fakultas tersebut. Angket yang kami sebar tersebut berisi tentang tingkat konsumtif mana yang lebih tinggi antara mahasiswa yang sudah mencicipi dunia kerja atau yang sama sekali belum pernah bersentuhan dengan dunia kerja. Tingkat konsumtif kami ukur dari urutan prioritas mahasiswa dalam membelanjakan uang yang mereka miliki. Kami juga ingin mengetahui apakah para mahasiswa telah sadar untuk mencatat pengeluaran mereka atau belum, dan apakah mereka sudah mulai menyisihkan uang mereka untuk ditabung atau belum. Hasil dari poling tersebut:

Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa FEB UNS secara random sampling dengan penyebaran quisionner sebanyak 100 mahasiswa.
1. Tingkat kehematan mahasiswa berdasar alasan berbelanja yaitu alasan utama dalam membelikan     barang di mana ada 3 faktor dari peneliti yang kami minta untuk diurutkan yaitu berdasar       kebutuhan, keinginan, dan diskon.

Rabu, 03 Desember 2014

Negeri Gatholoco

Surakarta - Tiga seniman dari Magelang Art Center yaitu Kaji Habeb, Oentoeng Nugroho dan Wahyudi menggelar pameran lukisan yang bertemakan “Negeri Gatholoco” yang bertempat di Balai Soedjatmoko, Surakarta pada 25-29 November 2014. Tema Gatholoco sendiri diambil dari suluk Gatholoco yang merupakan sebuah suluk mistisme Jawa yang diperkirakan berasal dari awal abad ke-19. Sosok Gatholoco dalam suluk tersebut merupakan tokoh utama yang memiliki sifat aneh. Sosok tersebut memiliki kesadaran batin, terkesan nyeleneh, berpenampilan buruk, berbau busuk, pembantah, bermulut kotor, filosofis  dan berpikiran tabu. Suluk ini mengejutkan karena gaya penulisannya yang sangat terbuka, vulgar, hingga menjadi kontroversi. Gatholoco mengandung paradog arti mengenai baik dan buruk yang saling tercampur, kadang kita berniat baik tapi disampaikan dengan buruk (kebaikan berbungkus keburukan) dan sebaliknya ada orang yang berniat jahat tapi menyampaikannya dengan baik (keburukan berbungkus kebaikan). Hal ini terjadi di Indonesia yang seolah penuh dengan paradog, maka pameran lukisan ini berusaha menggambarkan tentang negeri Indonesia yang penuh dengan kontoversial, paradoksial dan satir.