Rabu, 03 Desember 2014

Negeri Gatholoco

Surakarta - Tiga seniman dari Magelang Art Center yaitu Kaji Habeb, Oentoeng Nugroho dan Wahyudi menggelar pameran lukisan yang bertemakan “Negeri Gatholoco” yang bertempat di Balai Soedjatmoko, Surakarta pada 25-29 November 2014. Tema Gatholoco sendiri diambil dari suluk Gatholoco yang merupakan sebuah suluk mistisme Jawa yang diperkirakan berasal dari awal abad ke-19. Sosok Gatholoco dalam suluk tersebut merupakan tokoh utama yang memiliki sifat aneh. Sosok tersebut memiliki kesadaran batin, terkesan nyeleneh, berpenampilan buruk, berbau busuk, pembantah, bermulut kotor, filosofis  dan berpikiran tabu. Suluk ini mengejutkan karena gaya penulisannya yang sangat terbuka, vulgar, hingga menjadi kontroversi. Gatholoco mengandung paradog arti mengenai baik dan buruk yang saling tercampur, kadang kita berniat baik tapi disampaikan dengan buruk (kebaikan berbungkus keburukan) dan sebaliknya ada orang yang berniat jahat tapi menyampaikannya dengan baik (keburukan berbungkus kebaikan). Hal ini terjadi di Indonesia yang seolah penuh dengan paradog, maka pameran lukisan ini berusaha menggambarkan tentang negeri Indonesia yang penuh dengan kontoversial, paradoksial dan satir.

Menurut Kaji Habeb, salah satu pelukis dan penyelenggara pameran, pameran ini bertujuan untuk menggali kebudayaan Jawa yang semakin ditinggalkan oleh generasi muda dan mengajak mereka untuk lebih tergugah dalam menggali budaya. Total lukisan yang disuguhkan dalam pameran ini berjumlah 21 lukisan dan setiap pelukis menyajikan tujuh buah karya. Adapun beberapa karya dari Kaji Habeb  diantaranya berjudul “Latensi Kekakuan”, “Melawan Nafsu”, “Mengejek Bayangan Sendiri”, sedangkan karya Oentoeng Nugroho yaitu “ Perjiwati”, “Kopi Jawa”, “ Sira Adja Manembah Marang Salijane Allah”, sedangkan  Wahyudi menyajikan “Satrio Piningit”, “Satrio Pinayungan”, “Mudra Taksu Amitaba”. Pameran lukisan ini menyajikan lukisan-lukisan dengan  unik karena ada beberapa lukisan yang menggunakan media seperti plastik kresek. Plastik kresek yang merupakan barang bekas disulap menjadi sebuah lukisan indah yang sarat makna. Selain menggunakan plastik kresek ada pula beberapa karya yang menggunakan media semen dan abu vulkanik Adapun pengunjung pameran ini berasal dari berbagai seniman solo, komunitas seni, sastra dan teater. Menurut Wahyudi, salah satu seniman, ia  berharap pameran seni yang akan datang semakin dapat diapresisi oleh masyarakat luas dan masyarakat dapat mengambil makna dari apa yang disampaikan lewat karya.



Penulis : Antonia Elvina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar